Awal Mula Ilmu Nahwu Diciptakan / Alasan Ilmu Nahwu Diciptakan

 

Awal Mula Ilmu Nahwu Diciptakan

Berdasarkan Kitab al-Ghurrah as-Saniyyah karya Syeikh Ahmad Muthahhar bin Abdur Rahman

fi Tarjamati  ad-Durrah al-Bahiyyah karya Syeikh Syarafuddin Yahya al-‘Imrithy

 

Bantul, 27 Maret 2023

Zahriyatun Naeli Syarof

              Disebutkan dalam tanbih di bagian bawah kitab tersebut bahwa “orang yang tidak memahami i’rab, sudah pasti tidak bisa memahami makna dari Al-Quran dan Hadits”. Oleh sebab itu, Ilmu Nahwu kemudian ditulis.

              Pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab, ada seorang A’rabiy (berasal dari pedalaman) datang ke kota untuk mencari orang yang bisa mengajarinya Al-Quran, “siapa yang bersedia mengajariku Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW?”. Lalu, seorang sahabat bersedia mengajarkannya Al-Quran dengan membacakan surat Bara’ah atau at-Taubah.

              Sampai pada salah satu ayatnya, sahabat tersebut membaca

أَنَّ اللهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلِهِ (بِالْجَرِّ)

Yang artinya, “bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasul-Nya.”

Noted: Kata rasuul dibaca jar menjadi rasuulihi sehingga seakan ia merupakan ma’thuf dari kata al-musyrikiin. A’rabiy pun bertanya, “Apakah Allah berlepas diri dari utusan-Nya? Jika demikian, maka aku pun akan demikian”.

              Kabar tersebut sampai kepada Khalifah Umar, beliau sangat marah dan memanggil A’rabiy untuk menemuinya. Khalifah Umar bertanya “Wahai A’rabiy, apa benar engkau berlepas diri dari utusan Allah?” A’rabiy pun kemudian menceritakan kejadian yang terjadi sebelumnya. Khalifah Umar pun berkata “Tidak seperti itu A’rabiy.” “Lalu yang benar seperti apa wahai Khalifah?” tanya A’rabiy. Sayyidina Umar menjawab:

أَنَّ اللهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلُهُ (بِالرَّفْعِ)

Yang artinya, “bahwa sesungguhnya Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik.” Atau jika secara pemaknaan “bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasul-Nya (juga).”

Noted: Kata rasuuluhu merupakan ma’thuf dari kata Allah yang manshub (fathah) sebab adanya anna. Mengapa tidak rasuulahu jika memang ‘athaf terhada lafal Allah? Jawabannya adalah boleh saja isim ma’thuf dibaca rafa’ sebagai mubtada’ apabila ma’thuf ‘alaih berupa jumlah (kalimat), wallahu a’lam.

Setelah kejadian tersebut, sayyidina Umar pun memerintahkan Abu al-Aswad ad-Du’ali untuk menulis atau mengarang ilmu Nahwu. Oleh sebab itu, para ulama’ sepakat bahwa ilmu Nahwu adalah pusat dari segala ilmu.

 

Comments

Popular posts from this blog

Teks Moderator Bahasa Arab (نص رياسة الجلسة)

RUMUS NAHWU JAWA’ DALAM TERJEMAHAN JENGGOTAN DI PESANTREN-PESANTREN SALAF

Surat Izin dalam Bahasa Arab